Menu blog

OPINI

Kurikulum 2013 Bisakah Berjalan Masif ?
Oleh :  Joko Agung Mulyono
Guru SDN III Jatimulyo

Perubahan kurikulum  di negeri kita seakan telah menjadi agenda rutin yang mewarnai transformasi pendidikan yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan proses transisi kekuasaan pemerintahan yang silih berganti.Tak pelak lagi dari berbagai perubahan kurikulum yang  telah terjadi beberapa kali, memunculkan berbagai opini publik sebagai reaksi wajar dari adanya suatu kebijakan baru yang diambil oleh pemerintah.Kurikulum yang merupakan pilar dari penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, merupakan hasil dari suatu kajian teoritis yang sarat mengundang perdebatan mulai dari masyarakat awam,praktisi pendidikan sampai pakar pendidikan.Berbagai argument dengan disertai dasar pemikiran yang kuat seakan menjadi autokritik yang pantas untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk melakukan pengambilan keputusan (decision making).

Memang banyak diantara kalangan, utamanya dari praktisi dan pakar pendidikan yang merasa perubahan kurikulum yang dilakukan saat ini belum layak untuk dilakukan baik  dari segi urgensi materi maupun tingkat perkembangan jaman.Meskipun demikian,kebijakan ini tetap saja dilakukan oleh pemerintah dan akan diimplementasikan mulai tahun ajaran baru tepatnya bulan Juli tahun 2013 mendatang.Berbagai persiapan telah dilakukan oleh pemerintah mulai dari pengadaan buku hingga sosialisasi kurikulum baru kepada semua guru,kepala sekolah,dan pengawas sekolah.Pemerintah sepertinya memiliki harapan yang besar  untuk bisa mensukseskan pelaksanaan kurikulum terbaru ini.Meski pengambilan keputusan telah dilakukan dan kritikan terus mendera,tetapi sikap optimis dan konsisten dari pemerintah tetap tercermin untuk bisa membangun kebulatan opini  dalam mendukung pelaksanaan kurikulum 2013.Hal ini penting dilakukan mengingat seberapapun bagusnya kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah tanpa adanya dukungan dari bawah utamanya para pemangku kepentingan, maka tidak akan terlaksana secara optimal.
Tampaknya pemerintah dalam kurikulum terbaru ini telah memiliki persiapan  strategi agar pengalaman masa lalu seperti implementasi kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang notabene masih berjalan mengambang tidak akan terulang lagi.Seperti diketahui pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah berjalan mulai tahun 2006 banyak menimbulkan polemik di lapangan.Kurikulum ini sebenarnya memberikan otoritas sepenuhnya bagi masing-masing satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum yang sudah ada sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.Tetapi ternyata dalam praktek pengembangannya masing – masing sekolah sebagian besar belum mampu untuk mengoptimalkan kewenangan yang diberikan.Tentunya ada berbagai faktor yang menjadi penyebabnya diantaranya yang paling esensial adalah  sistem manajemen dan pengelolaan sekolah,pengawasan pelaksanaan, serta kualitas sumber daya manusia.Manajemen sekolah yang cenderung hanya bersifat administratif kualitatif tanpa disertai realisasi praktis dan konkret mengakibatkan kurikulum ini tidak berjalan sesuai konteks dan akhirnya hanya bersifat konsep belaka.Begitu juga kualitas sumber daya manusia yang ada dalam hal ini guru,belum memiliki konsep dan kerangka berpikir yang jelas tentang model pembelajaran yang akan digunakan.Sosisalisasi KTSP yang dilakukan oleh pemerintah yang seharusnya menjadi bekal pengetahuan bagi guru nampaknya belum tersentuh sampai ke bawah.Belum lagi sarana prasarana yang mendukung seperti buku teks pelajaran yang relevan khususnya buku tematik belum sepenuhnya disediakan oleh pemerintah.Ironisnya permasalahan ini tetap saja belum terselesaikan hingga pergantian kurikulum yang baru.
Tidak jauh berbeda dari kurikulum sebelumnya ,kurikulum 2013 yang baru tetap mengusung konsep pembelajaran tematik integratif sebagai pendekatannya.Sedangkan esensi utama dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan basis kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan (attitude, skill, dan knowledge) kepada peserta didik.Peserta didik didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya adalah membentuk generasi "Produktif, kreatif, inovatif, dan afektif". Begitu juga dalam pengembangan kurikulum,masing – masing satuan pendidikan utamanya guru juga diberikan ruang terbuka  untuk bisa mengembangkan kurikulum yang sudah ada.
Sedikitnya ada dua faktor besar  agar kurikulum 2013 yang akan dijalankan nantinya bisa terlaksana secara menyeluruh dan mencapai keberhasilan.Pertama, faktor penen¬tu, yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependi¬dik¬an (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur; (i) ketersediaan buku sebagai ba¬han ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pem¬bentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah dal-am pembinaan dan penga¬wasan; dan (iii) penguatan ma¬naj¬emen dan budaya sekolah.Kompetensi pendidik dalam hal ini guru,harus betul – betul disiapkan agar nantinya implementasi kurikulum bisa berjalan dengan baik.Sosialisasi dan pelatihan  secara berkesinambungan dan menyeluruh bagi semua guru,kepala sekolah,dan pengawas tanpa terkecuali akan memberikan modal yang cukup untuk merepresentasikan kurikulum yang baru dalam kegiatan pembelajaran dan  menghindari adanya multitafsir konsep.Begitu juga faktor pendukung dalam hal ini buku teks yang relevan yang digunakan sebagai bahan ajar harus bisa didistribusikan secara merata pada setiap satuan pendidikan.Bahan ajar sangat penting keberadaannya untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah,memberi kerangka berpikir yang jelas bagi guru tentang materi yang akan diajarkan,serta bisa dijadikan referensi bagi guru untuk  mencari bahan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.Begitu juga dalam prakteknya ,peran pengawas sekolah dalam melakukan tugasnya melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap kinerja guru di sekolah,harus betul – betul optimal dan tidak melakukan penilaian hanya berdasarkan aspek administratif kualitatif semata,melainkan lebih menekankan pada aspek realisasi praktis dan konkret terhadap praktek kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.Sedangkan pengelolaan manajemen sekolah yang meliputi manajemen kurikulum,kesiswaan,personalia,keuangan,serta sarana dan prasarana hendaknya bisa dikelola secara efektif,efisien,dan berkesinambungan.Tak kalah penting lagi budaya sekolah yang ada harus bisa mendorong terciptanya  kualitas kerja yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horizontal,lebih terbuka dan transparan, memiliki kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi,solidaritas ,serta rasa kekeluargaan.
Semua kalangan tentunya berharap agar kurikulum 2013 yang baru ini bukanlah sekedar adu konsep dengan kurikulum sebelumnya,melainkan benar – benar  merupakan suatu penyempurnaan.Jika kurikulum ini sudah merupakan suatu kebijakan dan sudah menjadi keputusan bersama,maka sudah sepatutnya semua pemangku kepentingan untuk saling bekerja secara sinergis agar nantinya implementasi kurikulum baru ini betul – betul terlaksana dengan baik  dan menyeluruh serta bisa memenuhi harapan semua pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar